Perancangan Arsitektur Ramah Lingkungan: Pencapaian Rating Greenship GBCI
Abstract
The design of eco-friendly building has become imperative in anticipation of environmental degradation and climate change in the world. Indonesia already has institutions GBCI (Green Building Council of Indonesia) who does green building certification, but still very few (less than 5%) buildings that are certified according to criteria of green building. This paper aims to review the architectural design aspects of green building rating greenship in order to achieve the GBCI.Design analysis using empirical data with descriptive method is based on version 1.1 GBCI rating tools for new buildings especially in the design aspect. Feasibility study includes architectural design consists of a minimumlimit of building area, eco-friendly, environmental management, earthquake resistance, fire protection, accessibility and availability of information and data, is a basic requirement of Building Permit (IMB).Appropriate Land, Proportion Size & Quality green open space that aims to maintain or expand the city greenery to improve the quality of the microclimate, reduce CO2 and pollutants; prevent soil erosion, reduce the burden on the drainage system; maintain the balance of water and ground water systems.Criterion is the presence of a vegetation landscape area (softscape) that is free of the building structure and building simple structures garden (hardscape) above ground or below ground. Development / Revitalization which aim is to avoid construction in green areas and avoid opening new land. General accessibility facilities which aim is to encourage development in a place that al ready has network connectivity and increase the use of the building to facilitate the achievement of the community in carrying out daily activities and avoid the use of motor vehicles. Planning for public transport, pedestrian access and pedestrian paths for cycling and city parks, the purpose of the garden greenery maintain or expand the city to improve the quality of the microclimate, reduce CO2 and pollutants; prevent soil erosion, reduce the burden on the drainage system; maintain balance water balance and groundwater systems. So having micro climate comfort.
Abstrak - Perancangan bangunan ramah lingkungan sudah menjadi keharusan dalam mengantisipasi kerusakan lingkungan dan perubahan iklim di dunia. Indonesia sudah memiliki lembaga GBCI (Green Building Council Indonesia) yang melakukan sertifikasi green building, tetapi masih sedikit sekali (kurang dari 5%) bangunan yang memiliki sertifikat sesuai kriteria bangunan ramah lingkungan. Paper ini bertujuan untuk meninjau aspek desain arsitektur gedung ramah lingkungan dalam rangka mencapai rating greenship GBCI. Analisis perancangan menggunakan data empiris dengan metode deskriptif berdasarkan rating tools GBCI versi 1.1. untuk bangunan baru khususnya pada aspek desain. Kajian perancangan arsitektur meliputi kelayakan terdiri dari batasan minimal luas bangunan yang ramah lingkungan, pengelolaan lingkungan, ketahanan gempa, pencegahan bahaya kebakaran, aksesibilitas dan ketersediaan informasi data, merupakan persyaratan baku ijin mendirikan bangunan (IMB). Tepat guna lahan, proporsi luas dan kualitas ruang terbuka hijau yang bertujuan untuk memelihara atau memperluas kehijauan kota untuk meningkatkan kualitas iklim mikro, mengurangi CO2 dan zat polutan; mencegah erosi tanah; mengurangi beban sistem drainase; menjaga keseimbangan neraca air bersih dan sistem air tanah. Tolak ukurnya adalah adanya area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari striktur bangunan dan struktur sederhana bangunan taman (hardscape) di atas permukaan tanah atau di bawah tanah. Pembangunan/revitalisasi kawasan yang bertujuan untuk menghindari pembangunan di lahan hijau dan menghindari pembukaan lahan baru. Fasilitas aksesibilitas umum yang bertujuan untuk mendorong pembangunan di tempat yang telah memiliki jaringan konektivitas dan meningkatkan pencapaian penggunaan gedung sehingga mempermudah masyarakat dalam menjalankan kegiatan sehari-hari dan menghindari penggunaan kendaraan bermotor. Merencanakan transportasi umum, akses pejalan kaki dan jalur pedestrian untuk bersepeda dan taman-taman kota. Tujuan dari taman tersebut untuk memelihara atau memperluas kehijauan kota untuk meningkatkan kualitas iklim mikro, mengurangi CO2 dan zat polutan; mencegah erosi tanah; mengurangi beban sistem drainase; menjaga keseimbangan neraca air bersih dan sistem air tanah. Sehingga memiliki kenyamanan iklim mikro.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
ASHRAE, Advanced Energy Design Guide for Small Retail Buildings, Achieving 30% Energy Savings Toward a Net Zero Energy Building, 2006
Baker, NV Dr., Passive and Low Energy Building Design for Tropical Island Climate, Marlborough House, London, 1987
Burhanuddin, Microclimate Envelope Sebuah Aplikasi Konsep Arsitektur Berkelanjutan, Jurnal Mektek Thn XIII No.1, Januari 2011.
Frick, H., Suskiyatno, B., Dasar Dasar EkoArsitektur, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1998.
Frick H., Ardiyanto A., Darmawan AMS, Imu Fisika Bangunan, Penerbit Kanisius, 2008.
Gernot Minke, Building With Eaarth, Design and Technology of a Sustainable Architecture, Birkhäuser, 2006.
Greenship untuk Gedung Baru Versi 1.1 (Greenship New Building Version 1.1); Departemen Rating Development, Green Building Council Indonesia, Februari 2012.
Harianto Hardjasaputra, Prof, Dr.Ing;; Struktur Transparan – Dimensi baru Perancangan Konstruksi Bangunan; UPH Press, Jakarta, 2012
Sue Roaf, Manuel Fuentes,et all, Ecohouse, A Design Guide, Architectural Press, Oxford, 2001
Tanuwidjaja, Gunawan Msc; Desain Arsitektur Berkelanjutan Di Indonesia: Hijau Rumahku Hijau Negeriku; Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra,
Tri Harso Karyono; Green Architecture, Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau di Indonesia; Rajawali Pers, 2010.
DOI: http://dx.doi.org/10.36448/jaubl.v3i2.27
JURNAL ARSITEKTUR saat ini terindeks:
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License