Study Kekuatan Tanah Dasar Jalan Akibat Perubahan Derajat Kejenuhan

Lilies Widojoko

Abstract


Adanya daur hidrologi yang menyebabkan perubahan musim di Indonesia baik itu dari musim panas ke musim penghujan maupun dari musim hujan ke musim panas mempunyai dampak yang kurang baik terhadap lapisan perkerasan jalan raya. Pengaruh yang sangat terasa yaitu banyaknya jalan yang rusak pada saat musim penghujan yang disebabkan oleh air yang menggenangi jalan. Genangan air pada jalan membuat daya dukung jalan terhadap tekanan yang ada diatasnya yang disebabkan oleh muatan kendaraan yang berlebihan membuat lebih cepatnya kerusakan pada ruas  jalan tersebut.

 

Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang berbeda-beda tetapi mempunyai sifat yang serupa kedalam kelompok-kelompok dan subkelompok berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi memberikan suatu bahasa yang mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat umum dari tanah yang bervariasi tanpa penjelasan yang terinci. Sebagian besar sistem klasifikasi telah dikembangkan untuk tujuan rekayasa didasarkan pada sifat sifat indeks tanah yang sederhana seperti distribusi butiran dan plastisitas. Pada saat sekarang ini ada dua sistem klasifikasi tanah yang umum dan selalu dipakai oleh para ahli teknik sipil. Kedua sistem tersebut memperhitungkan distribusi ukuran butir dan batas-batas Atterberg, adapun sistem-sistem tersebut adalah: Sistem klasifikasi AASHTO dan Sistem klasifikasi Unified. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di Laboratorium Tanah Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Bandar Lampung didapatkan : (1) Tanah berbutir kasar yang terdiri atas sample tanah Jl. Onta, Jl. Tirtayasa I sangat baik dijadikan sebagai bahan timbunan (Sub Grade) pada jalan raya karena daya ikat antar butirannya sangat baik dan nilai CBRnya besar,(2)           Pasir Gunung Sugih baik dalam mengalirkan air, hal itu disebabkan kecilnya daya serap tanah terhadap air, (3) Untuk tanah Jl. Tirtayasa Ujung, Jl. Beruang dan Jl. Tirtaya Tengah yang merupakan tanah berbutir halus, akan lebih baik jika dipadatkan pada saat derajat kejenuhannya sebesar 25%, hal tersebut disebabkan oleh penyerapan tanah terhadap air yang cenderung besar, jika jenis tanah ini dipadatkan dalam keadaan kering maka tanah jenis ini akan pecah dan tidak akan didapatkan hasil yang diharapkan, (4) Dalam keadaan kering tanah berbutir kasar masih dapat dipadatkan karena butir kasar lebih sedikit membutuhkan air dibandingkan bitiran halus yang bila dipadatkan pada waktu kering justru akan hancur, karena keseragaman butirannya.

Keywords


Distribusi Ukuran Butir; Batas-batas Atterberg; Sistem klasifikasi AASHTO; Sistem klasifikasi Unified.

Full Text:

PDF

References


Bina Marga (1987) "Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen ", SKBI 2.3. 26, Jakarta.

Bowles Josep E. (1991) "Physical And Geotechnical Properties Of Soil". McGraw-Hill, inc.

Croney D (1977) "The Design and Performance of Road Pavement." Her Majesty's Stationery Office. London.

Das Braja M (1993) "Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis ". Erlangga.

Hardiyanto Hary Cristady (1992) "Mekanika Tanah", PT Gramedia Pustaka Utama.

Hendarsin, L. Shirley (2000) "Penuntun Praktis Perencanaan Teknik Jalan Raya".

Politeknik Negeri Bandung - Jurusan Teknik Sipil.

Lanbe, T. W. (1951) "Soil Testing for Enginering" . New York - John Wiley & Sons, Inc. London - Sydney.

MBT, Pusat Pelatihan (1994) "Pelatihan Assisten Teknisi Laboratorium Pengujian Tanah ". Padalarang, Bandung - Jawa Barat.

Sukirman, Silvia (1992) "Perkerasan Lentur Jalan Raya". Nova - Bandung.

Wesley, L.D (1977) "Mekanika Tanah " Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Kebayoran Baru Jakarta - Selatan.




DOI: http://dx.doi.org/10.36448/jts.v5i2.901

Refbacks

  • There are currently no refbacks.